Selasa, 07 Desember 2010

Power Point Subbudaya dan perilaku konsumen







Labels : free wallpapers wall black weldingmachines

Teori Media dan Teori Kemasyarakatan chapter 4





Labels : free wallpapers wall black weldingmachines

Konsep dan Model Komunikasi Massa Chepter 3



Labels : free wallpapers wall black weldingmachines

PERILAKU KONSUMEN chapter 13



Labels : free wallpapers wall black weldingmachines

Rabu, 24 November 2010

KONSEP DAN MODEL KOMUNIKASI MASSA

Bab ini menaruh perhatian pada menjelaskan konsep dasar dari studi komunikasi massa dan menjelaskan sumber asal dari proses hubungan antara media massa dan masyarakat yang telah berkembang lebih dari abad sebelumnya. 3 kumpulan ide adalah sangat khusus dan penting dari pemikiran dahulu,:
1. Persoalan mengenai Kekuatan dari arti baru dari Komunikasi.
2. Persoalan mengenai Integrasi dan disintegrasi sosial yang mungkin
terjadi.
3. Persoalan mengenai Pencerahan Publik, yang mana mungkin menjadi
berkembang atau di kurangi.

PANDANGAN SEBELUMNYA TENTANG MEDIA DAN MASYARAKAT
Kekuatan Media Massa

Berkaitan dengan Kekuatan dari Media massa, keyakinan tentang ini pada awalnya adalah berdasarkan capaian besar dan pengaruh kemunculan mereka, khususnya pada hubungan terhadap pers surat kabar yang popular. Pers yang populer sebagian besar di danai oleh iklan-iklan komersial, yang isinya menggambarkan cerita-cerita dan berita-berita sensasional, dan kontrolnya biasanya hanya terkonsentrasi di tangan penguasa pers yang sangat berkuasa.

Penggunaan berita dan media hiburan oleh Tentara Sekutu pada perang dunia kedua menghilangkan keraguan tentang nilai propaganda mereka. Sebelumnya telah ada pegangan dan dasar yang benar-benar kuat tentang pandangan bahwa publikasi massa sangat efektif dalam menajamkan opini dan mempengaruhi perilaku. Publikasi massa juga dapat berpengaruh pada hubungan internasional dan persekutuan negara-negara.

Integrasi sosial dan Komunikasi
Teori sosial tentang waktu, menempatkan kebutuhan atas bentuk baru dari integrasi pada permukaan masalah yang disebabkan oleh industrialisasi dan urbanisasi. Kejahatan, prostitusi, kemiskinan dan penindasan/penjajahan, dihubungkan dengan meningkatnya keadaan tanpa bentuk, pengasingan/keterpencilan, dan ketidakpastian kehidupan modern.
Media massa adalah kekuatan potensial untuk kepaduan/keseragaman sosial yang baru, mampu menghubungkan individu yang tersebar dalam bangsa-bangsa, kota dan pengalaman setempat/budaya-budaya lokal.

Komunikasi Massa sebagai Pendidik Massa
Semangat pada awal abad 20 mendukung 3 ide tentang komunikasi massa, yaitu bahwa media
1. Dapat menjadi potensi kekuatan untuk Pencerahan Publik
2. Menambahkan dan meneruskan institusi baru dari pendidikan
universal/bersama
3. Perpustakaan publik dan pendidikan populer.

Lebih banyak ketakutan daripada harapan sekarang ini lebih disuarakan tentang pencerahan dari peran media massa utama, ketika mereka makin kuat dalam mencari keuntungan dalam tingkat kompetisi pasar yang tinggi, dimana hiburan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi dibandingkan pendidikan dan seni.

Media Sebagai Masalah dan Kambing Hitam
Ada beberapa kejadian yang berturut-turut tentang kepanikan moral berkaitan dengan media, ketika muncul masalah-masalah sosial yang sulit di pecahkan dan sulit dipahami. Menjadi paradoks atau tidak, sudah menjadi biasa bahwa media sendirilah yang telah memperjelas banyak dari pandangan kekhawatiran ini. Mungkin karena hal-hal tersebut menegaskan kekuatan media, tapi lebih mungkin karena hal-hal tersebut sudah menjadi kepercayaan yang populer dan membantu dalam menjual dan memasarkan surat kabar. 

KONSEP MASSA
Pada awalnya penggunaan istilah ini biasanya membawa pemahaman yang negative. Istilah ini dihubungkan dengan banyak orang atau orang-orang biasa, biasanya di lihat sebagai tidak terdidik, bebal dan sangat tidak logis, tidak mau diatur dan malah cenderung ke arah kekerasan (seperti ketika massa berubah menjadi gerombolan perusuh) (Bramson, 1961). Tapi istilah ini bisa juga digunakan untuk pengertian yang positif, khususnya dalam tradisi masyarakat sosialis, dimana istilah mengkonotasikan kekuatan dan solidaritas dari orang-orang pekerja biasa pada saat diorganisasikan untuk tujuan bersama atau ketika sedang dalam keadaan mengalami penindasan. Raymond Williams (1961:289) memberikan komentar tentang ini: Tidak ada yang namanya Massa, hanya beberapa cara dalam melihat orang-orang sebagai massa.

Konsep Massa dapat diringkas seperti dibawah ini:
1. Kumpulan yang besar
2. Tidak ada perbedaan
3. Terutama sangat bercitra negatif
4. Ketiadaan aturan organisasi
5. Refleksi dari masyarakat kebanyakan

PROSES KOMUNIKASI MASSA
Ciri/keistimewaan yang paling jelas dan nyata dari media massa adalah mereka di disain untuk menjangkau “yang banyak” (umum). Hubungan dalam hal ini tidak terelakkan adalah satu arah, satu sisi, tidak mengenai orang tertentu (umum) dandan ada jarak sosial, sama seperti jarak fisik antara pengirim dengan penerima informasi. Hubungan ini tidak hanya asimetris, namun juga memiliki tujuan yang kalkulatif dan manipulatif .

Pesan media sebagian besar adalah hasil kerja bertujuan mendapatkan keuntungan untuk pasar media dan nilai guna untuk penerimanya, konsumen media. Pesan media ini pada dasarnya adalah sebuah komoditas dan yang berbeda dalam isi simbolis atas hubungan komunikasi manusia yang memiliki perbedaan tipe pula.

Satu definisi awal (Janowitz, 1968) tentang Komunikasi massa dibaca sebagai berikut: Komunikasi Massa terdiri dari kebiasaan dan cara-cara yang dilakukan oleh orang-orang yang mengkhususkan diri menggunakan perlengkapan/peralatan teknologi (mesin cetak, radio, film, etc) untuk menyebarkan isi simbolis kepada khalayak yang luas, heterogen dan tersebar luas.

Proses komunikasi massa dapat diringkas sebagai berikut:
1. Distribusi dan penerimaan Informasi dalam skala luas
2. Arus informasi satu arah
3. Hubungan yang asimetris
4. Tidak mengenai seseorang (umum) dan tidak diketahui subyek manusianya
5. Dapat dihitung atau hubungan pasar
6. Isi yang di standarisasikan

MASSA SEBAGAI AUDIENS
Massa sebagai audiens memiliki cirri-ciri sebagai berikut:
1. Jumlah yang sangat besar
2. Tersebar luas
3. Tidak berinteraksi satu sama lain dan tidak saling mengenal
4. Heterogen/beraneka ragam
5. Tidak terorganisasi atau bergerak sendiri-sendiri
6. Obyek dari pengelolaan dan manipulasi

INSTITUSI MEDIA MASSA
Ciri-ciri dari institusi media adalah sebagai berikut:
1. Kegiatan utamanya adalah memproduksi dan mendistribusikan isi simbolis
informasi.
2. Media beroperasi pada wilayah public dan mereka diberikan aturan
sedemikian rupa.
3. Partisipasi/keikutsertaan sebagai pengirim atau penerima informasi
adalah sukarela, tanpa paksaan.
4. Organisasinya professional dan memiliki bentuk birokratik.
5. Media adalah kedua-duanya, bebas dan tanpa kekuatan

BUDAYA MASSA DAN BUDAYA POPULER
Konten berita khas yang disalurkan melalui jaringan yang baru diciptakan terhadap formasi sosial yang baru (massa audiens) adalah pada awalnya merupakan bermacam-macam campuran cerita, gambar-gambar atau image, informasi, ide-ide, hiburan dan tontonan. Walaupun begitu, konsep pertama dari ‘Kultur massa’ umumnya digunakan untuk menunjukkan hal-hal tersebut (Lihat Rosenberg and White,1957). Kultur Massa, memiliki referensi yang luas tentang selera, preferensi/pilihan, sikap/tingkah laku dan gaya/mode dari kumpulan orang banyak (atau mayoritas). Tapi Kultur Massa juga memiliki konotasi merendahkan secara umum, utamanya dikarenakan oleh perkumpulan-perkumpulannya dengan yang pilihan kulturalnya diasumsikan ‘tidak terdidik’, tanpa diskriminasi atau hanya audiens kelas rendahan.

SUATU TAMPILAN MASYARAKAT YANG BAIK
          “Paradigma dominan” (atau makna struktur yang dominan) mengkombinasikan gambaran kekuatan media massa dalam suatu komutas massa dengan tipikal praktek ilmu social melalui penelitian, khususnya survey social, percobaan terhadap psikologi social dan anailisis statistic.
          Paradigma itu terkait baik dengan hasil dari serta arahan terhadap penelitian komunikasi. Hal ini merupakan perkiraan awal dari suatu jenis masyarakat tertentu yang baik secara fungsional dan normal serta akan menjadi demokratis (pemilihan, perwakilan, dan bersandar pada asa universal), liberal (sekuler, keadaan pasar bebas, individualistis, kebebasan berbicara), pluralistic (persaingan yang terlembaga antara partai dan kepentingan) dan ketertiban (kedamaian, integrasi social, keterbukaan, legitimasi).

KEMURNIAN DALAM ILMU DAN FUNGSIONALISASI INFORMASI
          Unsur teoritis dari pradigma yang dominan tidak mencampuri kasus dalam media massa tetapi mengambil alih secara luas dari sosiologi, psikologi social dan pendapat yang dapat digunakan dalam ilmu informasi. Hal ini terjadi terutama pada dekade pasca Perang Dunia kedua ketika adanya keseragaman yang luas dan tidak mengandung tantangan baik dalam hal ilmu social maupun mass media (Tunstall, 1977). Model komunitas yang digambarkan diatas terjadi juga pada pertengahan abad pada saat nama Amerika Serikat berada dalam kondisi ideal.
Ciri-ciri dari Kultur Massa:
1. Tidak tradisional
2. Bukan kalangan elit
3. Hasil dari orang banyak (massa)
4. Populer
5. Komersil
6. Dibuat Homogen

Pandangan Lain tentang Kultur Massa
Perkembangan dari kultur massa semakin terbuka untuk menghasilkan lebih dari satu interpretasi. Bauman (1972) mengangkat isu bahwa komunikasi massa yang disebabkan oleh kultur massa, beragumentasi bahwa komunikasi massa dan kultur massa lebih dari sekedar alat untuk membentuk sesuatu yang telah terjadi disetiap kasus sebagai hasil dari peningkatan kultural homogen dari kumpulan masyarakat secara nasional.
Dapat kita ingat bahwa budaya populer telah mengalami revisi nilai secara luas oleh teori-teori sosial dan budaya serta pemutarbalikan masalah yang sangat besar. Hal ini tidak lagi dipandang sebagai ketidakorisinalitasan, kreatifitas atau manfaat dan sering dirayakan karena arti dan maksudnya, signifikansi kebudayaan dan nilai-nilai expresif.

Penilaian/Pengukuran Ulang Konsep Massa
Yang mungkin menjadi jelas saat ini adalah bahwa Media Massa banyak berperan dalam memberikan solusi dalam permasalahan tersebut. Dimanapun kita berada, siapapun kita, Media Massa menawarkan jalan keluar menghadapi kelompok masyarakat skala besar, membentuk kita menjadi kepekaan akan bahaya, serta memediasi hubungan kita dengan tekanan-tekanan pihak yang lebih berkuasa.

KEBANGKITAN PARADIGMA DOMINAN UNTUK TEORI DAN PENELITIAN
Media dan masyarakat dan subkonsep dari ‘Massa, yang telah dideskripsikan membantu membentuk model riset paradigma Komunikasi Massa yang dijelaskan sebagai ‘dominan’. Paradigma Dominan merupakan kombinasi dari gambaran kekuatan media massa dalam masyarakatnya dengan ciri cirri dasar berasal dari penelitian ilmu sosial, survey sosial, eksperimen psikologi sosial, dan analisa statistikal.

Riset komunikasi pada masa sebelumnya, sangat dipengaruhi oleh ide/gagasan bahwa liberal, pluralis dan masyarakat yang adil telah terancam oleh pemikiran/sistem alternatif, yaitu bentuk totalitarian (komunisme), dimana media massa didistorsi menjadi alat untuk menekan demokrasi. 
Dapat disimpulkan bahwa Paradigma Dominan dalam penelitian komunikasi adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat ideal Liberal-Pluralis
2. Pandangan Fungsionalis
3. Penyebaran linear model pengaruh
4. Media yang kuat dimodifikasi oleh hubungan kelompok
5. Media dilihat sebagai masalah sosial
6. Metode behavioris dan individualis

Sebuah Alternatif, Kritik Paradigma
Paradigma alternative dapat disimpulkan menjadi beberapa bentuk, yaitu:
1. Pandangan kritis masyarakat dan penolakan nilai netralitas
2. Penolakan atas model transmisi dari komunikasi
3. Ketidakpastian pandangan terhadap teknologi media dan berita/pesan
4. Penggunaan atas sebuah interpretasi dan pandangan konstruksionis
5. Metodologi kualitatif
6. Preferensi cultural atau teori-teori ekonomi politik
7. Kesadaran luas dengan ketidaksamaan dan sumber-sumber pemikiran
oposisi dalam masyarakat

Perbandingan Paradigma
Dua versi Utama paradigma dalam bab ini adalah Alternatif dan Dominan Paradigma yang masing-masing membawa dua unsur yang berbeda, yaitu Paradigma Alternatif membawa unsur Kritis dan Paradigma Dominan membawa unsur Interpretatif atau kualitatif.

Perbandingannya menurut 2 orang tokoh adalah sbb:
a. Rosengen (1983):
1. Membedakan Pendekatan objektifitas dengan pendekatan Subjektifitas
2. Mempertentangkan antara Perubahan Radikal dengan Regulasi

b. Potter (1993) yang di sepakati oleh Fink & Ganz (1996):
1. Bagian ilmu sosial yang interpretative dan analisis kritis.

EMPAT MODEL KOMUNIKASI
Definisi asli dari komunikasi massa sebagai sebuah proses tergantung pada sisi objektif dari produksi massal, reproduksi dan distribusi yang terbagi-bagi pada beberapa media yang berbeda. Dapat dibedakan empat model proses komunikasi publik, diluar pertanyaan tentang bagaimana ‘media baru’ seharusnya di konsepsikan, yaitu :


1. Model Transmisi
Hasil penelitian Westley & MacLean adalah bahwa Komunikasi melibatkan interpolasi/Pengalihan pola pikir dari ‘Peran Komunikator’ yang baru antara masyarakat dan penerima pesan (audiens). Ada 3 fitur penting dari model komplit komunikasi massa yang digambarkan oleh Westley & MacLean yaitu:
1. Menekankan pada peran memilih dari komunikator massa.
2. Bahwa pemilihan didasarkan pada penilaian atas apa yang disenangi oleh
pemirsa.
3. Komunikasi tidak memiliki tujuan khusus, diluar tujuan akhirnya.

Menurut model ini, komunikasi massa adalah proses pengaturan sendiri yang diarahkan oleh kepentingan dan permintaan pemirsa yang hanya dapat diketahui oleh pemilihan dan respons dari pemirsa tersebut atas apa yang ditawarkan oleh media.

2. Model Ritual atau Ekspresif
Disebut ritual, karena, menurut Carey, komunikasi terkait dengan keinginan berbagi, partisipasi, asosiasi, persahabatn dan keyakinan umum. Pandangan ritual tidak diarahkan kepada perluasan pesan dalam ruang, tapi pemeliharaan masyarakat dalam waktu. Bukan perbuatan penanaman informasi namun gambaran dalam berbagi keyakinan.

Disebut model komunikasi ekspresif karena penekanannya adalah juga kepada kepuasan hakiki/intrinsik dari pengirim atau penerima pesan. Pesan dalam komunikasi ritual biasanya laten dan ambigus, tergantung pada pengertian/asosiasi dan simbol-simbol yang tidak dipilih atas kemauan sendiri oleh partisipan dalam komunikasi ini, namun langsung terjadi dalam kebudayaan. Media dan pesan biasanya sulit untuk dipisahkan, dan komunikasi ritual ini relative tidak mengenal waktu dan perubahan. Contohnya dapat ditemukan dalam seni, agama dan perayaan-perayaan atau festival publik. 


3. Model Publisitas : Komunikasi sebagai pertunjukan dan atensi
Sering kali tujuan utama dari media massa bukanlah untuk mengirimkan informasi ataupun untuk menyatukan ekpresi publik dalam hal budaya, kepercayaan, atau nilai-nilai sosial, namun secara sederhana hanya untuk menangkap dan menguasai atensi visual atau pendengaran. Dalam melakukan hal tersebut, media mencapai satu tujuan ekonomi, yaitu memperoleh keuntungan dari audiensnya (atensi sama dengan konsumsi) dan secara tidak langsung menjual atensi pemirsanya kepada para pemasang iklan. Dalam model ini, pemirsa media hanyalah sebagai penonton belaka, bukan menjadi partisipan dari proses komunikasi atau penerima informasi. Sehingga hanya menjadi obyek pasar media.

4. Model Resepsi: Kode dan Penerimaan Kode dalam Media
Esensi dari Pendekatan resepsi adalah untuk menemukan asal dan konstruksi dari arti pesan (diambil dari media) bersama dengan penerima pesannya. Pesan-pesan dari media selalu terbuka dan memiliki banyak arti dan di interpretasikan menurut konteks dan budaya penerimanya.
Unsur dari pendekatan resepsi ini ada dua menurut Hall (1974/1980), yaitu:
1. Komunikator memilih untuk mengkodekan pesan-pesan untuk tujuan-tujuan
institusional dan idelogi dan untuk memanipulasi bahasa dan media
untuk tujuan tersebut.
2. Penerima pesan atau dekoder, tidak memiliki keharusan untuk menerima
pesan sebagaimana yang terkirim, namun bisa menolak pengaruh ideologis
dengan mengambil media yang berbeda atau menjadi pembaca/pemirsa
oposisi, menurut pengalaman dan analisa mereka sendiri.

Prinsip kunci dari model ini adalah :
1. Keberagaman arti dari isi pesan dalam media
2. Keberadaan dari komunitas intepretatif atas pesan-pesan dalam media,
yang bervariasi
3. Penerima pesan memiliki kekuasaan/keutamaan dalam menentukan arti pesan

KESIMPULAN
Konsep dasar dan model komunikasi yang dijabarkan dalam studi komunikasi massa, dibangun dengan indikator-indikatornya serta disesuaikan dengan kondisi perubahan pada industry dimasyarakat. Media telah mengembangkan dirinya ke dimensi yang global. Dengan keyakinan akan kekuatan publisitas, kehumasan, propaganda atau lainnya yang memiliki kekuatan ekonomi atau politik.

Dalam menggunakan model komunikasi massa, harus mempertimbangkan tujuan. Tidak bias menggunakan 1 model dan mengabaikan yang lainnya. Karena ke 4 model tersebut merefleksikan salah satu aspek dari proses komunikasi. Model transmisi dan atensi, lebih mengarah pada perspektif industri media dan para pembujuk, sedangkan model ritual dan dekoding, menyebarkan sekaligus bertahan terhadapa dominasi media dan menerangkan proses komunikasi.


Labels : free wallpapers wall black weldingmachines

Jumat, 19 November 2010

KENAKALAN REMAJA

Ada seorang Ibu yang tinggal di Jakarta bercerita bahwa sejak maraknya kasus tawuran pelajar di Jakarta, Beliau mengambil inisiatif untuk mengantar dan menjemput anaknya yang sudah SMU, sebuah kebiasaan yang belum pernah Beliau lakukan sebelumnya. Bagaimana tidak ngeri, kalau pelajar yang tidak ikut-ikutan-pun ikut diserang ?
Mengapa para pelajar itu begitu sering tawuran, seakan-akan mereka sudah tidak memiliki akal sehat, dan tidak bisa berpikir mana yang berguna dan mana yang tidak ? Mengapa pula para remaja banyak yang terlibat narkoba dan seks bebas ? Apa yang salah dari semua ini ?
Seperti yang sudah diulas dalam artikel lain di situs ini, remaja adalah mereka yang berusia antara 12 - 21 tahun. Remaja akan mengalami periode perkembangan fisik dan psikis sebagai berikut :
  • Masa Pra-pubertas (12 - 13 tahun)
  • Masa pubertas (14 - 16 tahun)
  • Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
  • Dan periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Masa pra-pubertas (12 - 13 tahun)
Masa ini disebut juga masa pueral, yaitu masa peralihan dari kanak-kanak ke remaja. Pada anak perempuan, masa ini lebih singkat dibandingkan dengan anak laki-laki. Pada masa ini, terjadi perubahan yang besar pada remaja, yaitu meningkatnya hormon seksualitas dan mulai berkembangnya organ-organ seksual serta organ-organ reproduksi remaja. Di samping itu, perkembangan intelektualitas yang sangat pesat jga terjadi pada fase ini. Akibatnya, remaja-remaja ini cenderung bersikap suka mengkritik (karena merasa tahu segalanya), yang sering diwujudkan dalam bentuk pembangkangan ataupun pembantahan terhadap orang tua, mulai menyukai orang dewasa yang dianggapnya baik, serta menjadikannya sebagai "hero" atau pujaannya. Perilaku ini akan diikuti dengan meniru segala yang dilakukan oleh pujaannya, seperti model rambut, gaya bicara, sampai dengan kebiasaan hidup pujaan tersebut.
Selain itu, pada masa ini remaja juga cenderung lebih berani mengutarakan keinginan hatinya, lebih berani mengemukakan pendapatnya, bahkan akan mempertahankan pendapatnya sekuat mungkin. Hal ini yang sering ditanggapi oleh orang tua sebagai pembangkangan. Remaja tidak ingin diperlakukan sebagai anak kecil lagi. Mereka lebih senang bergaul dengan kelompok yang dianggapnya sesuai dengan kesenangannya. Mereka juga semakin berani menentang tradisi orang tua yang dianggapnya kuno dan tidak/kurang berguna, maupun peraturan-peraturan yang menurut mereka tidak beralasan, seperti tidak boleh mampir ke tempat lain selepas sekolah, dan sebagainya. Mereka akan semakin kehilangan minat untuk bergabung dalam kelompok sosial yang formal, dan cenderung bergabung dengan teman-teman pilihannya. Misalnya, mereka akan memilih main ke tempat teman karibnya daripada bersama keluarga berkunjung ke rumah saudara.
Tapi, pada saat yang sama, mereka juga butuh pertolongan dan bantuan yang selalu siap sedia dari orang tuanya, jika mereka tidak mampu menjelmakan keinginannya. Pada saat ini adalah saat yang kritis. Jika orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan psikisnya untuk mengatasi konflik yang terjadi saat itu, remaja akan mencarinya dari orang lain. Orang tua harus ingat, bahwa masalah yang dihadapi remaja, meskipun bagi orang tua itu merupakan masalah sepele, tetapi bagi remaja itu adalah masalah yang sangat-sangat berat. Orang tua tidak boleh berpikir, "Ya ampun... itu kan hal kecil. Masa kamu tidak bisa menyelesaikannya ? Bodoh sekali kamu !", dan sebagainya. Tetapi perhatian seolah-olah orang tua mengerti bahwa masalah itu berat sekali bagi remajanya, akan terekam dalam otak remaja itu bahwa orang tuanya adalah jalan keluar ang terbaik baginya. Ini akan mempermudah orang tua untuk mengarahkan perkembangan psikis anaknya.
Masa pubertas (14 - 16 tahun)
Masa ini disebut juga masa remaja awal, dimana perkembangan fisik mereka begitu menonjol. Remaja sangat cemas akan perkembangan fisiknya, sekaligus bangga bahwa hal itu menunjukkan bahwa ia memang bukan anak-anak lagi. Pada masa ini, emosi remaja menjadi sangat labil akibat dari perkembangan hormon-hormon seksualnya yang begitu pesat. Keinginan seksual juga mulai kuat muncul pada masa ini. Pada remaja wanita ditandai dengan datangnya menstruasi yang pertama, sedangkan pada remaja pris ditandai dengan datangnya mimpi basah yang pertama. Remaja akan merasa bingung dan malu akan hal ini, sehingga orang tua harus mendampinginya serta memberikan pengertian yang baik dan benar tentang seksualitas. Jika hal ini gagal ditangani dengan baik, perkembangan psikis mereka khususnya dalam hal pengenalan diri/gender dan seksualitasnya akan terganggu. Kasus-kasus gay dan lesbi banyak diawali dengan gagalnya perkembangan remaja pada tahap ini.
Di samping itu, remaja mulai mengerti tentang gengsi, penampilan, dan daya tarik seksual. Karena kebingungan mereka ditambah labilnya emosi akibat pengaruh perkembangan seksualitasnya, remaja sukar diselami perasaannya. Kadang mereka bersikap kasar, kadang lembut. Kadang suka melamun, di lain waktu dia begitu ceria. Perasaan sosial remaja di masa ini semakin kuat, dan mereka bergabung dengan kelompok yang disukainya dan membuat peraturan-peraturan dengan pikirannya sendiri.
Masa akhir pubertas (17 - 18 tahun)
Pada masa ini, remaja yang mampu melewati masa sebelumnya dengan baik, akan dapat menerima kodratnya, baik sebagai laki-laki maupun perempuan. Mereka juga bangga karena tubuh mereka dianggap menentukan harga diri mereka. Masa ini berlangsung sangat singkat. Pada remaja putri, masa ini berlangsung lebih singkat daripada remaja pria, sehingga proses kedewasaan remaja putri lebih cepat dicapai dibandingkan remaja pria. Umumnya kematangan fisik dan seksualitas mereka sudah tercapai sepenuhnya. Namun kematangan psikologis belum tercapai sepenuhnya.
Periode remaja Adolesen (19 - 21 tahun)
Pada periode ini umumnya remaja sudah mencapai kematangan yang sempurna, baik segi fisik, emosi, maupun psikisnya. Mereka akan mempelajari berbagai macam hal yang abstrak dan mulai memperjuangkan suatu idealisme yang didapat dari pikiran mereka. Mereka mulai menyadari bahwa mengkritik itu lebih mudah daripada menjalaninya. Sikapnya terhadap kehidupan mulai terlihat jelas, seperti cita-citanya, minatnya, bakatnya, dan sebagainya. Arah kehidupannya serta sifat-sifat yang menonjol akan terlihat jelas pada fase ini.
Kenakalan remaja
Kenakalan remaja biasanya dilakukan oleh remaja-remaja yang gagal dalam menjalani proses-proses perkembangan jiwanya, baik pada saat remaja maupun pada masa kanak-kanaknya. Masa kanak-kanak dan masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Secara psikologis, kenakalan remaja merupakan wujud dari konflik-konflik yang tidak terselesaikan dengan baik pada masa kanak-kanak maupun remaja para pelakunya. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungan, seperti kondisi ekonomi yang membuatnya merasa rendah diri, dan sebagainya.
Mengatasi kenakalan remaja, berarti menata kembali emosi remaja yang tercabik-cabik itu. Emosi dan perasaan mereka rusak karena merasa ditolak oleh keluarga, orang tua, teman-teman, maupun lingkungannya sejak kecil, dan gagalnya proses perkembangan jiwa remaja tersebut. Trauma-trauma dalam hidupnya harus diselesaikan, konflik-konflik psikologis yang menggantung harus diselesaikan, dan mereka harus diberi lingkungan yang berbeda dari lingkungan sebelumnya. Pertanyaannya : tugas siapa itu semua ? Orang tua-kah ? Sedangkan orang tua sudah terlalu pusing memikirkan masalah pekerjaan dan beban hidup lainnya. Saudaranya-kah ? Mereka juga punya masalah sendiri, bahkan mungkin mereka juga memiliki masalah yang sama. Pemerintah-kah ? Atau siapa ? Tidak gampang untuk menjawabnya. Tetapi, memberikan lingkungan yang baik sejak dini, disertai pemahaman akan perkembangan anak-anak kita dengan baik, akan banyak membantu mengurangi kenakalan remaja. Minimal tidak menambah jumlah kasus yang ada.



Labels : free wallpapers wall black weldingmachines

PERILAKU KONSUMEN - SISTEMATKA

BAB 8
PEMBENTUKAN DAN PENGUBAH SIKAP KONSUMEN

Sub bab 1     : Apa yang dimaksud sikap itu ?
1.    “objek” sikap
2.    Sikap adalah kecenderungan yang dipelajari
3.    Sikap mempunyai konsisten sikap terjadi dalam situasi tertentu
Sub bab 2     ; Berbagai model struktur sikap
1.    Model sikap tiga komponen
1)    Komponen kognitif
2)    Komponen afektif
3)    Komponen konatif
2.    Model sikap multi sikap
1)    Model sikap terhadap objek
2)    Model sikap terhadap perilaku
3)    Teori model tindakan yang beralasan
3.    Teori usaha mengkonsumsi
4.    Model sikap terhadap iklan
Sub bab 3     : Pembentukan sikap
1.    Bagaiman sikap dipelajari
2.    Sumber-sember yang mempengatuhi pembentukan sikap
3.    Factor – factor kepribadian
Sub bab 4     : Pengubah sikap
Sub bab 5     : Strategi pengubahan sikap
1.    Mengubah fungsi motifasi dasar
1)    Fungsi manfaat
2)    Fungsi pembelaan ego
3)    Fungsi penyataan nilai
4)    Fungsi pengetahuan menggabungkan beberapa fungsi
2.    Menghubungkan produk dengan dolongan peristiwa atau kegialan amal tertentu
3.    Memecahkan masalah 2 sikap yang bertentangan
4.    Mengubah komponen model multi sikap
1)    Mengubah penilaian relative terhadap sifat
2)    Mengubah keyakinan terhadap merek
3)    Menambah sifat
4)    Mengubah peringkat penilaian terhadap merk secara keseluruhan
5.    Mengubah keyakinan terhadap pedaling
6.    Model perluasan kemungkinan ( ELM)
Sub bab 6     : perilaku dapat mendahului atau mengikuti pembentukan dikap
1.    Teori ketidakcocokan kognitif
2.    Teori kepemilikan sifat tertentu
1)    Teori persepsi siri
2)    Teknik langkah pertama untuk masuk
3)    Kepemilikan sifat terhadpa orang  lain
4)    Kepemilikan sifat terhadap barang
5)    Bagaimana kita menhguji kepemilikan sifat kita
BAB 10
KELOMPOK RUJUKAN DAN PENGARUH KELUARGA
Sub bab I      : Apa yang disebut kelompok ?
Sub bab 2     : Memahami kekuatan kelompok rujukan
1.    Perspektif yang diperluas pada kelompok rujukan
2.    Faktor yang berdampak pada pengaruh kelompok rujukan
1)    Informasi dan pengalaman
2)    Kredibilitas, daya tarik dan kekuatan kelompok rujukan
3)    Sifat menonjol produk
3.    Kelompok rujukan dan kekuatan konsumen
Sub bab 3     : Kelompok rujukan yang berkaitan dengan konsumen yang dipilih
1.    Kelompok persahabatan
2.    Kelompok belanja
3.    Kelompok kerja
4.    Kelompok atau masyarakat maya
5.    Kelompok aksi konsumen
Sub bab 4     : Daya tarik selebritas dan kelompok rujukan
1.    Selebritas
2.    Tenaga ahli
3.    Orang biasa
4.    Juru bicara ekselusif dan karyawan
5.    Karakter dagang dan juru bicara
6.    Daya tarik kelompok rujukan
Sub bab 5     : kelompok merupakan suatu konsep yang terus berubah
Sub bab 6     : Sosialisasi para anggota keluarga
1.    Sosialisasi konsumen anak-anak
2.    Sosialisasi konsumen dewasa
3.    Sosialisasi antar generasi
Sub bab 7     : Fungsii keluarga lainnua
1.    Kesejahteraan keluarga
2.    Dukungan emosional
3.    Gaya hidup keluarga yang cocok
Sub bab 8     : Pengambilan keputusan keluarga dan peran yang berkaitan dengan konsumen
1.    Peran kunci dalam konsumsi keluarga
2.    Dinamika pengambil keputusan suami – istri
Sub bab 9     ; siklus kehidupan keluarga
1.    Siklus kehidupan keluarga tradisional
1)    Tahap 1 : masa lajang
2)    Tahap 2 : orang yang berbulan madu
3)    Tahap 3 : orang tua
4)    Tahap 4 : paska orang tua
5)    Tahap 5 : disolusi
2.    Modifikasi- skk nontradisional
1)    Tahap-tahap skk nontradisional
2)    Konsumsi pada keluarga nontradisional
BAB 11
KELAS SOSIAL DAN PERILAKU KONSUMEN

Sub bab 1     : Apa yang dimaksud kelas social?
1.    Kelas social dan status social
2.    Kelas social merupakan benruk segmentasi hierarkis dan alamiah
3.    Kategori kelas social
Sub bab 2     : Ukuran kelas social
1.    Ukuran subjektif
2.    Ukuran reputasi
3.    Ukuran objektif
1)    Indeks variabel tunggal
a)   Pekerjaan
b)   Pendidikan
c)    Penghasilan
d)   Variabel lain
2)    Indeks variabel gabungan
a)   Indeks karakteristik status
b)   Skor status social ekonomi
Sub bab 3     : Profil gaya hidup status social
Sub bab 4     : Gerakan kelas social
1.    Tanda – tanda gerakan menurun
Sub bab 5     : Pengelompokan geodemografi
Sub bab 6     : Konsumen yang kaya
1.    Pengungkapan media pada konsumen kaya
2.    Membagi pasar kaya
Sub bab 7     : Konsumen yang tidak kaya
Sub bab 8     : Tibanya “ kelas – techno”
Sub bab 9     : Penerapan kelas social ke perilaku konsumen yang dipilih
1.    Pakaian, mode dan berbelanja
2.    Pencarian waktu senggang
3.    Simpanan, pengeluaran dan kredit
4.    Kelas social dan komunikasi
BAB 12
PENGARUH BUDAYA TERHADAP PERILAKU KONSUMEN

Sub bab 1     : Apa yang disebut budaya ?
Sub bab 2     : Pekerjaan budaya yang tidak kelihatan
Sub bab 3     : Budaya memenuhi kebutuhan
1.    Enkulturasi dan akulturasi
2.    Bahasa dan symbol
3.    Ritual
4.    Budaya dipakai bersama-sama
Sub bab 4     : Budaya bersifat dinamis
Sub bab 5     : Pengukuran budaya
1.    Analisis isi
2.    Penelitian lapangan mengenai konsumen
3.    Instrumen survey pengukuran nilai
Sub bab 6     : Nilai-nilai inti orang amerika
1.    Prestasi dan sukses
2.    Aktifitas
3.    Efisiensi dan kepraktisan
4.    Kemajuan
5.    Kesenangan pada materi
6.    Individualisme
7.    Kebebesan
8.    Penyesuaian eksternal
9.    Perikemanusiaan
10. Kemudahan
11. Kebugaran dan kesehatan
12. Nilai- nilai inti budaya fenomena amerika
BAB 13
SUBBUDAYA DAN PERILAKU KONSUMEN

Sub bab 1     : Apa yang disebut sub budaya?
Sub bab 2     : Sub budaya kebangsaan
1.    Sub budaya spayol
1)    Mengenal perilaku konsumsi orang amerika spayol
2)    Mendefinisi dan mensegmentasi pasar amerika spayol
Sub bab 3     : Sub budaya agama
Sub bab 4     : sub budaya georafis dan regional
Sub bab 5     :sub budaya ras
1.    Konsumen amerika afrika
1)    Karakteristik perikalu konsumsi konsumen amerika afrika
2)    Menjangkau audiens amerika afrika
2.    Konsumsi amerika asia
1)    Dimana orang amerika asia tinggal ?
2)    Memahami konsumsi ameriak asia
3)    Orang amerika asia sebagai konsumen
Sub bab 6     : Sub budaya umur
1.    Pasar generasi x
1)    Menarik perhatian generasi x
2.    Pasar baby boomer
1)    Siapa yang temasuk baby boomers itu ?
2)    Karakteristik konsumen baby boomers
3.    Konsumen lanjut usia
1)    Mandefinisikan “lanjut usia” pada konsumen lanjut usia
2)    Membagi pasar kaum lanjut usia
3)    Pengalaman berbelanja konsumen lanjut usia
Sub bab 7     : Gender sebagai sub buidaya
1.    Peran gender dan perilaku konsumen
1)    Produk konsumen dan peran gender
2.    Wanita bekerja
1)    Membagi pasar wanita bekerja
2)    Pola berbelanja wanita bekerja
Sub Bab 8     : Interaksi sub budaya




Labels : free wallpapers wall black weldingmachines