Jumat, 11 Desember 2009

PRINSIP - PRINSIP PR

Arthur W. Page menyebutkan sejumlah prinsip yang dapat digunakan dalam praktek dan sebagai filosofis PR dalam menjaga hubungan lembaga dengan publiknya.

1. Tell the Truth.

Biarkan publik tahu apa yang terjadi dan sediakan gambar yang akurat dari karakter ideal dan praktek lembaga. Segala kejadian maupun peritiwa yang terjadi di dalam lembaga pemerintahan, merupakan obyek perhatian publik. Mengapa? Karena lembaga pemerintahan merupakan lembaga yang berkedudukan di ruang publik. Artinya, setiap kegiatan maupun pekerjaan yang dilakukan, dilakukan atas nama publik dan demi kepentingan publik. Oleh sebab itu, publik memiliki hak tersendiri untuk mendapatkan informasi sedalam-dalamnya terkait dengan lembaga

Dengan tersampaikannya informasi kepada publik, diharapkan publik menjadi tahu pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan lembaga, sehingga kemudian dapat sampai pada tahap mendukung kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh lembaga tersebut..

Adapun kegiatan yang dapat dilakukan, melalui penyampaian informasi yang akurat dan sebenar-benarnya terkait dengan suatu isu atau peristiwa atau kejadian, bahkan kegiatan operasional sehari-hari. Berikan gambaran yang tepat, dan sediakan informasi yang dibutuhkan kepada publik. Dengan demikian, publik mengetahui apa yang terjadi, dengan sebenar-benarnya tanpa ada yang ditutupi. Kebutuhan mereka akan informasi yang benar terpenuhi, dan hubungan baik antara lembaga dengan publiknya dapat dijaga.

Informasi yang dimaksud, dapat berupa data statistik, dokumentasi atau apapun yang dapat berguna bagi publik luas. Informasi tersebut, kemudian disampaikan kepada publik, tanpa ditutupi, atau dengan kata lain, sampaikan informasi dengan sejujur mungkin. Untuk mendapatkan dukungan dari publik, karena publik dapat menangkap apabila lembaga melakukan kebohongan. Akibatnya, akan lebih fatal bila publik dapat menemukan kebenaran dari pihak lain, dan bukan dari lembaga itu sendiri. Kepercayaan publik terhadap lembaga akan luntur, mengarah pada hilangnya dukungan publik kepada lembaga. Hilangnya dukungan publik, akan menimbulkan kesulitan bagi lembaga pada saat harus melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat publik.

2. Buktikan dengan Tindakan (Prove it with Action).

Persepsi publik dari lembaga ditentukan 90% dengan ‘melakukan,’ dan 10%

dengan ‘bicara.’ Setiap kegiatan maupun perilaku lembaga pemerintahan, selalu menjadi perhatian publik. Perilaku lembaga, menjadi sumber informasi bagi public dalam memberikan penilaian akan kinerja lembaga. Perilaku tersebut dapat dinilai dari cara kerja anggota lembaga, arus informasi, dan segala peristiwa maupun kejadian yang terjadi di dalam lembaga.

Penilaian positif, lebih mudah didapatkan melalui pembuktian dengan kerja nyata. Publik lebih mudah menilai lembaga dari kinerjanya, dibandingkan melalui kegiatan komunikasinya. Dengan demikian, lebih mudah bagi lembaga pemerintahan untuk menjaga reputasinya dengan memberikan performa terbaik, dibandingkan melakukan kegiatan komunikasi kepada public (meskipun kegiatan komunikasi itu penting). Karena, publik lebih membutuhkan aksi nyata dibandingkan kegiatan yang sifatnya lip services.

Dengan kesadaran akan sifat publik ini, diharapkan lembaga lebih cermat dalam menerapkan perilaku atau etos kerja di dalam lembaga tersebut. Etos kerja positif, dimana kerja yang nyata lebih mendapat perhatian dan penilaian positif dibandingkan sekedar berbicara.

3. Dengarkan Suara Konsumen/Masyarakat ( Listen to The Customer)

Untuk kebaikan lembaga, mengertilah pada keinginan dan kebutuhan publik. Biarkan pembuat keputusan atas dan karyawan lainnya tetap diinformasikan tentang reaksi publik terhadap kebijakan, dan praktek lembaga.

Salah satu aspek penting dalam menjaga hubungan baik dengan publik, adalah mengerti keinginan konsumen. Keinginan konsumen, hanya dapat diketahui apabila ada tindakan aktif dalam usaha mencari tahu apa saja yang menjadi kebutuhan, kesenangan, atau apapun yang dapat mempengaruhi pendapat bahkan perilaku konsumen terkait dengan lembaga. Kemudian pahamilah apa yang menjadi kebutuhan publik. Dengan demikian, lembaga akan memiliki informasi penting mengenai publik. Dari informasi tersebut, lembaga dapat membuat kerangka pemahaman akan publik, sehingga kemudian dapat memperhitungkan reaksi publik atas kemunculan suatu produk dari lembaga. Produk yang dimaksud, tidak hanya berupa barang atau jasa, akan tetapi dapat berupa kebijakan.

Usaha untuk mencari tahu informasi seperti ini, perlu dilakukan, untuk kemudian diteruskan kepada seluruh komponen lembaga pemerintahan. Sehingga, lembaga dapat pula memformulasikan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang penerimaan publik akan produknya. Jadi, tidak hanya pucuk pimpinan dalam lembaga yang memiliki pengetahuan dan pemahaman tentang publik, akan tetapi seluruh komponen dalam lembaga memiliki kerangka pengetahuan dan pemahaman yang sama. Tujuannya, untuk menjamin agar lembaga dalam menetapkan kebijakan atau melakukan sebuah kegiatan tidak bertentangan dengan keinginan publik sehingga dukungan publik dapat tetap dijaga.

4. Siapkan Diri untuk Esok (Manage for Tomorrow)

Antisipasi reaksi publik dan hilangkan praktek yang menciptakan kesulitan. Ciptakan niat baik,setiap kegiatan yang dilakukan saat ini, akan berdampak di masa depan. Demikian juga di dalam lembaga. Penting bagi sebuah lembaga untuk merencanakan setiap kegiatan, program maupun aktifitas sehari-hari yang akan dilakukan dengan baik. Perencanaan untuk kegiatan di masa depan, bermanfaat dalam menghindarkan kesulitan-kesulitan maupun kekacauan yang mungkin terjadi di masa depan.

Dengan perencanaan yang matang, lembaga akan memiliki kemampuan untuk memprediksi program yang dilakukan, dan hasil akhirnya. Untuk kemudian, digunakan lembaga dalam memprediksi reaksi publik. Kemudian, lembaga dapat melakukan antisipasi yang diperlukan guna menghindari kesulitankesulitan yang mungkin timbul di masa depan.

5. Lakukan Tindakan PR Seakan Seluruh Lembaga/Lembaga Bergantung Padanya (Conduct Public Relations as If The Whole Company Depends On it)

PR lembaga adalah fungsi manajemen. Tidak ada strategi lembaga yang dapat diimplementasikan tanpa memikirkan dampaknya kepada publik. Profesional PR adalah pembuat kebijakan yang mampu menangani aktifitas komunikasi lembaga dengan jangkauan yang luas.

Setiap kebijakan lembaga, membutuhkan kegiatan komunikasi dalam proses penyampaian kepada publik. Diperlukan strategi aktifitas komunikasi. Sebagai bagian strategis dalam lembaga, maka PR memiliki fungsi-fungsi yang tidak tergantikan oleh anggota lain dalam lembaga. Dalam setiap kegiatan komunikasi lembaga, maka dibutuhkan kegiatan PR yang tepat dan komprehensif. Mulai dari perencanaan, eksekusi sampai dengan evaluasi. Peran dan fungsi strategis ini, tidak dimiliki oleh setiap bagian dalam lembaga. Kemampuan, dan peran strategis ini, memerlukan eksekutor yang cakap dan mengerti apa yang dilakukannya. Karena kegiatan komunikasi tidak hanya menjangkau publik dalam lembaga saja, tetapi juga menjangkau publik yang 9 luas. Suatu lembaga, mutlak memerlukan PR dengan peran, fungsi dan kemampuannya tersebut.

6. Remain Calm, Patient and Good Humored

Bersandarlah pada sikap yang konsisten, tenang dan berdasarkan perhatian ketika menyampaikan informasi, atau melakukan kontak. Bila krisis muncul, ingat bahwa komunikasi dengan kepala dingin adalah yang terbaik.

Kegiatan komunikasi pada dasarnya adalah kegiatan yang sifatnya persuasif. Lembaga berusaha untuk mendapatkan dukungan melalui kegiatan-kegiatan yang dapat memancing dukungan dari publik tanpa paksaan atau melalui sebuah tahapan konflik. Cara atau metode dalam penyampaian sebuah materi atau isu melalui kegiatan komunikasi, akan menentukan pandangan dan penerimaan publik. Terutama, pada saat terjadi konflik, atau krisis. Dimana isu yang berkembang harus ditangani secepat mungkin dengan penyelesaian yang logis dan komprehensif. Sebelum sampai pada tahapan aksi, maka tentukan dulu pendekatan macam apa yang akan digunakan dalam menghadapi masalah. Setelah itu, baru lakukan aksi. Dalam melakukan aksi, harap diingat bahwa pendekatan persuasif akan lebih mendapatkan hasil positif. Tetap tenang dalam menghadapi masalah, hadapi dengan kepala dingin. Onong Uchjana Effendy menegaskan bahwa terdapat dua aspek hakiki yang melekat pada PR. Pertama, sasaran PR adalah publik intern (Internal Public) dan public ekstern (External Public). Kedua, kegiatan PR adalah komunikasi dua arah timbale balik (Reciprocal Two Way Traffic Communication).

Pada aspek yang kedua, komunikasi dua arah timbal balik berarti, selain dalam penyampaian informasi dari lembaga kepada publiknya, lembaga juga akan mendapatkan informasi dari publik. Dalam komunikasi dua arah diharapkan dapat terjadi feedback, yaitu informasi yang disampaikan oleh lembaga akan mendapatkan tanggapan positif atau negatif dari publik. Seperti yang dikatakan oleh Onong,bahwa dalam rangka penyampaian informasi, baik yang ditujukan kepada public intern maupun kepada publik ekstern, harus terjadi arus balik (feedback). Ini berarti bahwa PR harus mengetahui efek atau akibat dari penyampaian informasinya itu, apakah ditanggapi publik secara positif atau secara negatif.

Dalam proses komunikasi, baik ke dalam maupun ke luar, PR berfungsi sebagai penghubung yang kreatif. Bila terlibat dalam komunikasi ke luar, maka perhatian PR harus ditujukan pada kepentingan dunia luar. Bila seseorang meminta informasi tentang lembaga, baik ia seorang wartawan maupun seorang langganan, maka perhatian PR harus ditujukan pada kepentingan lembaga. Di sini PR merupakan wakil atau juru bicara lembaga. PR berbicara atas nama lembaga dan bertanggungjawab untuk menyampaikan warta lembaga. Sehingga pada dasarnya, fungsi PR adalah menjadi penghubung antara pimpinan lembaga dengan karyawan, atau lembaga dengan masyarakat.

PR berfungsi sebagai penghubung yang kreatif. Bila terlibat dalam komunikasi ke luar, maka perhatian PR harus ditujukan pada kepentingan dunia luar. Bila seseorang meminta informasi tentang lembaga, baik ia seorang wartawan maupun seorang langganan, maka perhatian PR harus ditujukan pada kepentingan lembaga. Di sini PR merupakan wakil atau juru bicara lembaga. PR berbicara atas nama lembaga dan bertanggungjawab untuk menyampaikan warta lembaga. Sehingga pada dasarnya, fungsi PR adalah menjadi penghubung antara pimpinan lembaga dengan karyawan, atau lembaga dengan masyarakat. Arthur W. Page menyebutkan sejumlah prinsip yang dapat digunakan dalam praktek dan sebagai filosofis PR dalam menjaga hubungan lembaga dengan publiknya, yaitu; tell the truth; membuktikan dengan tindakan; mendengarkan suara publik; menyiapkan diri untuk esok; melakukan tindakan seakan seluruh lembaga bergantung pada Anda; dan remain calm, patient and good humored.



Labels : free wallpapers wall black weldingmachines

PUBLIC RELATIONS

Public Relations (PR) – yang di Indonesia disebut sebagai Hubungan Masyarakat (Humas) – adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun ke luar, antara suatu organisasi/lembaga dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian.

Mengacu pada definisi tersebut ini setidaknya dapat dijelaskan bahwa PR adalah kegiatan komunikasi dua arah yang dilakukan lembaga/instansi kepada publiknya dengan maksud adanya saling pengertian. Komunikasi ini harus direncanakan karena menyangkut tujuan-tujuan lembaga.

Webster’s New World Dictionary mendefinisikan PR sebagai hubungan dengan masyarakat luas, seperti melalui publisitas, khususnya mengenai fungsi-fungsi organisasi yang berhubungan dengan usaha untuk menciptakan opini publik yang menyenangkan untuk dirinya sendiri.

Sampai awal dekade 1970 - 1980 tidak kurang dari 2.000 definisi PR yang apat dijumpai dalam buku-buku serta majalah ilmiah dan berbagai terbitan berkala lainnya, sejak pengetahuan itu diketahui sebagai profesi. Karena begitu banyaknya definisi PR itu, maka para pemrakarsa PR dari berbagai negara di seluruh dunia yang terhimpun dalam organisasi bernama, The International Public Relations Association (IPRA), bersepakat untuk merumuskan sebuah definisi dengan harapan dapat diterima dan dipraktekkan bersama.

Menurut IPRA, “Public Relations is a management functions, of a continuing and planned character, through which public and private organizations and institutions seek to win and retain the understanding, sympathy and support of those with whom they are or maybe concerned – by evaluating public opinion about themselves, in order to correlate, as fast as possible, their own policies and procedures, to achieve by planned and widespread information more productive co-operation and more efficient fulfillment of their common interests.” (PR adalah fungsi manajemen yang terencana dan berkesinambungan, dimana organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga yang bersifat umum dan pribadi berupaya membina pengertian, simpati, dan dukungan dari mereka yang ada

Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa Public Relations merupakan fungsi manajemen yang melaksanakan fungsi komunikasi. Dengan demikian salah satu tugas PR adalah Membina hubungan baik dengan publik/ stakeholder melalui suatu proses komunikasi.

Tujuan dari kegiatan PR adalah :

Ø Menciptakan pemahaman (mutual understanding) antar perusahaan dan publik/stakeholdernya.

Ø Menciptakan citra korporat (Corporate Image)

Ø Menciptakan opini publik yang favorable

Ø Membentuk goodwill dan kerjasama

Fungsi PR (dari sudut pandang publik)

Ø Mengabdi pada kepentingan umum

Ø Memelihara komunikasi yang baik

Ø Menitikberatkan moral dan perilaku yang baik

Ø (Bernard R Canfield “Public Relations : Principles and Problem)

Public Relations Society of America (PRSA) menjelaskan bahwa dengan melihat fungsi PR di atas, Anda dapat mengetahui komponen-komponen dasar PR sebuah lembaga. Komponen-komponen ini akan menjawab kebutuhan-kebutuhan lembaga, dan dapat mengantisipasi peran PR bagi lembaga dimasa yang akan datang, dengan melakukan tindakan-tindakan berikut:

1. Counselling.

Menyediakan saran kepada Manajemen yang berhubungan dengan kebijakan,hubungan dan komunikasi.

2. Research.

Melihat tindakan dan perilaku publik dalam rangka merencanakan strategi PR. Research dapat digunakan untuk: Membangun saling pengertian atau Mempengaruhi dan meyakinkan publik.

3. Media Relations.

Bekerja sama dengan pihak media untuk mencari publisitas atau merespon ketertarikan mereka terhadap lembaga.

4. Publicity.

Menampilkan pesan terencana melalui media tertentu untuk menghasilkan ketertarikan yang lebih jauh lagi.

5. Employee Relations.

Memberikan respon terhadap suatu masalah, menginformasikan, dan memotivasi karyawan lembaga.

6. Public Affairs.

Membantu lembaga beradaptasi dengan harapan publik, dan menjelaskan aktivitas lembaga mereka.

7. Government Affair.

Berhubungan langsung dengan lembaga-lembaga pemerintah lain yang terkait dengan kelangsungan lembaga kita. Melobi juga dapat menjadi salah satu program hubungan dengan lembaga pemerintah lain.

8. Issue management.

Mengidentifikasi dan mengetahui isu yang berkembang pada publik yang berakibat pada lembaga.

9. Development/Fund Raising.

Menciptakan kebutuhan dan memberanikan publik untuk mendukung lembaga,terutama melalui kontribusi finansial.

10. Financial Relations.

Menciptakan dan menjaga kepercayaan investor dan membangun hubungan baik dengan komunitas finansial. Juga dikenal dengan Investor Relations atau Stakeholders Relations.

11. Industrial Relations.

Berhubungan dengan lembaga-lembaga lain dalam industri dari sebuah organisasi dan dengan asosiasi dagang.

12. Multi-Cultural Relations/Workplace Diversity.

Berhubungan dengan individu-individu dan kelompok-kelompok dalam berbagai kelompok budaya.

13. Special Event.

Memancing ketertarikan seseorang terhadap lembaga dengan mengadakan suatu kegiatan yang didisain untuk dapat berinteraksi dengan mereka, sehingga mendapat perhatian yang lebih.

14. Marketing Communications.

Kombinasi dari aktifitas yang didisain untuk menjual produk, jasa atau ide, termasuk iklan, Collateral Materials, publisitas, promosi, direct mail, dan pameran dagang.

Sedangkan Scott M. Cutlip dan Allen Center dalam bukunya, Effective Public Relations memberikan penjelasan mengenai konsep fungsional PR sebagai berikut:

  1. Memudahkan dan menjamin arus opini yang bersifat mewakili dari publikpublik suatu lembaga, sehingga kebijaksanaan beserta operasionalisasilembaga dapat dipelihara keserasiannya dengan ragam kebutuhan dan pandangan publik-publik tersebut.
  2. Menasehati manajemen mengenai jalan dan cara menyusun kebijaksanaan dan operasionalisasi lembaga untuk dapat diterima secara maksimal oleh publik.
  3. Merencanakan dan melaksanakan program-program yang dapat menimbulkan penafsiran yang menyenangkan terhadap kebijaksanaan dan operasionalisasi lembaga.



Labels : free wallpapers wall black weldingmachines

MENGENAL BERBAGAI JENIS-JENIS KOMUNIKASI

Jika ditinjau dari komponennya, lingkup komunikasi terdiri dari:

1. Komunikator

2. Pesan

3. Media

4. Komunikan

5. Efek.

Ditinjau dari bentuknya, maka komunikasi dapat terbagi menjadi:

  1. Komunikasi personal, yang terdiri dari komunikasi interpersonal, dan komunikasi antar personal.
  2. Komunikasi kelompok, yang terdiri dari komunikasi kelompok kecil dan kelompok besar.
  3. Komunikasi massa, yang terdiri dari media cetak, radio siaran, dan televisi.Dalam contoh jumpa pers tadi, maka bentuk komunikasi yang dipakai adalah komunikasi kelompok.

Berdasarkan sifatnya, maka komunikasi dapat dibagi menjadi:

  1. Komunikasi tatap muka.
  2. Komunikasi bermedia.
  3. Komunikasi verbal, yang terdiri dari lisan dan tulisan.
  4. Komunikasi non verbal, yang terdiri dari isyarat badaniah dan gambar.

Dilihat dari metode yang digunakan, maka kegiatan komunikasi dapat dibagi menjadi:

  1. Jurnalistik
  2. Public Relations (hubungan masyarakat)
  3. Advertising (periklanan)
  4. Pameran
  5. Publisitas
  6. Propaganda
  7. Perang Urat Syaraf
  8. Penerangan

Dilihat dari teknik yang digunakan, maka komunikasi dapat terbagi ke dalam:

  1. Komunikasi informatif
  2. Komunikasi persuasif
  3. Komunikasi instruktif
  4. Hubungan Manusiawi.

Dilihat dari tujuannya, maka komunikasi memiliki beberapa kategori untuk:

  1. Perubahan sikap
  2. Perubahan pendapat
  3. Perubahan perilaku
  4. Perubahan sosial.

Dilihat dari modelnya, maka komunikasi dapat dibagi kedalam:

  1. Komunikasi satu tahap
  2. Komunikasi dua tahap
  3. Komunikasi multi tahap.

Dilihat dari bidang-bidang yang melatar belakangi, maka komunikasi dapat

dibagi menjadi:

  1. Komunikasi sosial
  2. Komunikasi manajemen
  3. Komunikasi perusahaan
  4. Komunikasi politik
  5. Komunikasi interpersonal
  6. Komunikasi antar budaya
  7. Komunikasi pembangunan
  8. Komunikasi lingkungan
  9. Komunikasi tradisional
  10. Komunikasi cyber.



Labels : free wallpapers wall black weldingmachines

MENGENAL HAKIKAT KOMUNIKASI MANUSIAWI

Setelah mempelajari aksioma dasar komunikasi, maka dapat kita sampaikan bahwa komunikasi manusia itu adalah proses simbolik yang melibatkan pemberian makna oleh masing-masing peserta komunikasi. Dengan cara pandang demikian, kita akan melihat implikasi yang terjadi dari proses komunikasi tersebut.

1. Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan komunikasi.

Ada sejumlah faktor yang menyebabkan kita sulit melakukan komunikasi, yaitu:

  1. Kurangnya informasi atau pengetahuan (tidak bisa menentukan dengan tepat fokus komunikasi).
  2. Tidak menjelaskan prioritas dengan gamblang (tidak bisa menjelaskan mana yang paling penting diantara sejumlah hal).
  3. Tidak menyimak (bukan hanya mendengar, tetapi juga meresapkannya dalam kesadaran diri serta melibatkan diri dalam proses komunikasi tersebut).
  4. Tidak memahami sepenuhnya dan tidak mengajukan pertanyaan.
  5. Dalam mengambil keputusan, terlalu menaruh prasangka (hanya berpikir berdasarkan apa yang baik bagi dirinya).
  6. Tidak memahami kebutuhan orang lain.
  7. Tidak memikirkannya dalam-dalam, terlalu cepat menarik kesimpulan.
  8. Kehilangan kesabaran, membiarkan diskusi berubah menjadi ajang debat kusir.
  9. Waktu yang singkat (tidak cukup waktu untuk mempertimbangkan dan memahami cara berpikir orang lain).
  10. Suasana hati yang buruk.

Demikianlah, jika salah satu atau lebih faktor di atas terjadi dalam komunikasi kita, maka bisa dipastikan komunikasi kita akan menjadi berat dan sulit. Lebih jauh lagi, komunikasi kita berpotensi untuk gagal (communication breakdown). Sejumlah hal akan kita alami jika ini terjadi.

2. Akibat Kegagalan Komunikasi

Jika kegagalan komunikasi terjadi, maka ada sejumlah masalah yang akan muncul sebagai implikasinya, yaitu:

  1. Kegagalan berusaha.
  2. Kehilangan niat baik (kegagalan komunikasi terbawa dalam perasaan sehingga memunculkan kecurigaan).
  3. Menurunkan citra perusahaan/lembaga.
  4. Tidur berkurang (karena tegang dan dipikirkan terlalu dalam).
  5. Antusiasme berkurang (malas untuk melakukan komunikasi selanjutnya).
  6. Kesalahan, ketidakefektifan kerja.
  7. Produktifitas berkurang dan bermalas-malasan.
  8. Harga diri dan kepercayaan diri menurun.
  9. Frustrasi dan rasa permusuhan yang memuncak.
  10. Ketidaksukaan staf kepada pimpinan.
  11. Kreatifitas berkurang.
  12. Semangat kerja dan kekompakan tim berkurang.
  13. Ketidakhadiran dan apatisme atas pekerjaan.

3. Saringan/filter dalam berkomunikasi

Agar kesulitan komunikasi bisa dihindari, selain faktor yang bisa menyulitkan,

maka kita harus mewaspadai sejumlah filter yang secara potensial bisa menghambat

komunikasi tersebut, yaitu:

  1. Evaluasi yang terlalu dini (menilai tanpa bekal informasi yang cukup).
  2. Ada hal lain dalam benak anda (tidak berkonsentrasi dan cenderung membagiperhatian pada hal lain).
  3. Kecenderungan untuk cepat mengambil kesimpulan (keterburu-buruan sebelum semua informasi lengkap diterima dan ditelaah).
  4. Prasangka (munculnya stereotype/praduga yang bisa menyebabkan sikap diskriminatif).
  5. Pikiran anda mudah menerawang (sulit berkonsentrasi dan cenderung
  6. memanjakan imajinasi daripada memperhatikan komunikasi orang lain).
  7. Tidak perhatian (tidak memberikan kadar perhatian yang memadai untukkomunikasi yang sedang dihadapi).
  8. Asumsi-asumsi (kita adalah seperti yang kita pikirkan. Kita berpikir, bersikapdan berperilaku seperti apa yang ingin kita pikir, sikap dan perilakukan).
  9. Berada dalam situasi penuh tekanan/stress.
  10. Kemampuan mendengar yang lemah (tidak melulu melihat siapa yang berbicara, tetapi lebih menekankan pada apa yang dibicarakan).
  11. Memiliki rentang perhatian yang singkat.
  12. Gangguan pendengaran.
  13. Gagasan-gagasan yang tak dapat diubah (sulit merubah sikap dasar, yang bias kita lakukan adalah mencoba mengarahkan sikap dasar pada sikap lain yang masih dalam jalurnya).

4. Perbedaan antara apatis, empatik dan simpatik.

Dengan melihat pada saringan-saringan yang dihadapi, maka ada suatu sikap dasar dalam berkomunikasi yang penting untuk dikuasai yaitu sikap empatik. Sikap

empatik ini, sering disebut dengan prinsip platina (platinum principle), untuk menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari sikap simpatik, yang sering disebut sebagai prinsip emas (golden principle). Sementara yang harus dihindari adalah sikap apatis. Berikut pengertiannya masing-masing:

a. Apatis

“Aku sama sekali tidak perduli”.

Kita tidak dapat berkomunikasi dalam waktu lama atau dengan sangat baik terhadap seseorang yang sama sekali tidak mempedulikan apapun yang kita katakan.

b. Simpatik

Kita memperlakukan seseorang sebagaimana kita ingin diperlakukan.

c. Empatik

Kita memperlakukan seseorang sebagaimana orang tersebut ingin diperlakukan. Sikap empatik lebih tinggi nilainya dari sikap Simpatik. Sikap empatik cocok diterapkan dalam komunikasi yang mengandung kesetaraan gender. Karena komunikasi seperti ini, menempatkan siapapun dalam perspektif harus kita pahami dengan informasi yang cukup, jika komunikasi kita ingin efektif, tak peduli apapun atribut sosialnya, termasuk perbedaan gender.

5. Prinsip dasar konsep menang-menang (win-win solution) jika menghadapi konflik

Sebelum menguraikan bagaimana melakukan konsep “menang-menang” jika menghadapi konflik, terlebih dahulu akan dikemukakan tiga cara pandang terhadap konflik, yaitu:

a. Cara Pandang Tradisional

Dalam cara pandang ini, konflik adalah sesuatu yang buruk, merugikan dan

menghancurkan. Oleh karena itu, sebaiknya dihindari.

b. Cara Pandang Manusiawi

Dalam cara pandang ini, konflik dipandang sebagai sesuatu yang wajar karena pada dasarnya manusia itu berbeda. Jadi konflik tidak dihindari, tetapi dihadapi, namun jangan mengundang konflik. Dalam perspektif ini, setiap perbedaan berpotensi menjadi konflik. Perbedaan gender, perimbangan kekuasaan, dan anggaran pusat-daerah, kelas sosial, dan banyak perbedaan lainnya.

c. Cara Pandang Interaksionis

Cara pandang ini melihat konflik sebagai sesuatu yang bukan hanya wajar,namun baik dan perlu. Sehingga ketiadaan konflik justru meresahkan. Cara pandang seperti inilah yang relevan dengan konsep ‘manajemen konflik’, karena di dalamnya akan terdiri dari tidak hanya bagaimana menyelesaikan konflik, namun juga merekayasa konflik untuk tujuan menguatkan organisasi atau hubungan yang terjadi.

Dalam menghadapi konflik, ada beberapa cara yang biasanya dipilih, yaitu:

a. Menghindar

Cara ini umumnya biasa berada dalam cara pandang tradisional.

b. Mengalah (Akomodatif)

Di sini kita memilih untuk mementingkan kepentingan orang lain dan meminimalkan kepentingan kita sendiri. Dengan begitu, yang terjadi adalah ‘kalah-menang,’ dimana kita adalah pihak yang kalah.

c. Bersaing (Kompetitif)

Di sini kita memilih untuk bersaing/berkompetisi dan berusaha untuk menjadi pemenang, yaitu menempatkan kepentingan kita sebagai yang utama, dan meminimalkan kepentingan orang lain. Dengan begitu yang terjadi adalah ‘menang-kalah,’ dimana kitalah yang menjadi pemenang.

d. Berkompromi

Di sini kita memilih untuk sama-sama mengalah dengan pihak lain yang berkonflik dengan kita. Dengan begitu yang terjadi adalah ‘kalah-kalah,’ dengan kedua belah pihak menjadi pihak yang kalah.

e. Memecahkan Masalah (Problem Solving)

Di sini kita memilih untuk sama-sama menempatkan kepentingan pihak lain sebagai pemenang. Dengan kata lain, kedua belah pihak bersepakat untuk ‘menang-menang.’ Agar prinsip menang-menang itu terwujud, maka perlu dilakukan cara-cara berikut ini:

a. Saling menghargai, tidak bersifat ego-sentris, baik atas dasar kekuasaan, gender, atau pendidikan.

b. Mencari persamaan dasar, kepentingan apa yang bisa mempertemukan tujuan bersama.

c. Menetapkan kepentingan, keinginan, dan kekhawatiran bersama.

d. Jika perlu, definisikan kembali permasalahan atau hal yang tidak disepakati.

e. Memusatkan perhatian pada suatu hasil yang dapat diterima semua pihak.

f. Memberikan pilihan-pilihan dan tetap fleksibel atas kemungkinan untuk berubah.

g. Biarkan pikiran Anda selalu terbuka, terutama atas alternatif-alternatif penyelesaian dari kedua belah pihak.

h. Bersikap positif, tidak negatif.

i. Bekerjasama menyelesaikan masalah.

j. Hapus kata ‘tetapi’ dari kosa kata Anda. Orang lain pasti akan tidak nyaman jika Anda selalu menyatakan ‘tetapi’ atas pendapatnya.

k. Jika pendekatan Anda tidak berhasil, gantilah. Jangan putus asa untuk mencoba argumentasi baru yang lebih meyakinkan.

l. Tarik napas panjang. Barangkali itu akan membuat ketegangan Anda mengendur.

6. Tingkah laku yang dapat mempengaruhi situasi komunikasi menjadi sulit atau tidak

Dengan memperhatikan pembahasan sebelumnya, maka dalam berkomunikasi sebaiknya kita membuat situasi komunikasi menjadi menyenangkan bagi pihak lain yang berkomunikasi dengan kita. Kita berusaha agar tingkah laku kita dalam berkomunikasi, tidak membawa kita ke dalam situasi komunikasi yang menyulitkan. Berikut perbedaan antara tingkah laku yang menolong dan yang tidak menolong terhadap situasi komunikasi yang menyenangkan.

a. Tingkah laku menolong

  1. Memusatkan pembicaraan hanya pada satu topik.
  2. Bersabar.
  3. Menjelaskan apa yang sedang didiskusikan dan mengapa.
  4. Menyimak.
  5. Menghormati pendapat orang lain.
  6. Membuka segala keluhan dan permasalahan.
  7. Ingin mencapai kesepakatan.
  8. Memusatkan perhatian pada apa yang Anda setujui.
  9. Memusatkan perhatian pada apa yang Anda berdua harapkan.

b. Tingkah laku tidak menolong

  1. Bertahan pada pendapat sendiri.
  2. Tidak siap untuk mengakui bahwa orang lain memang benar.
  3. Menginterupsi.
  4. Semua orang bicara pada saat yang bersamaan.
  5. Sasaran tidak jelas.
  6. Berteriak, marah.
  7. Terlalu cepat mengambil kesimpulan.
  8. Memaksakan “cara penyelesaian” kita kepada orang lain.
  9. Memusatkan diri hanya pada kepentingan sendiri.

7. Deadly sin dalam sebuah kegiatan komunikasi

Jika kita coba rangkum dari apa yang telah kita perbincangkan tentang komunikasi ini, maka kita akan menemukan sejumlah hal yang benar-benar harus kita hindari agar komunikasi kita tidak mengarah kepada ketidakefektifan. Maka, bolehlah hal-hal yang harus kita hindari itu kita sebut sebagai ‘dosa mematikan’ (deadly sin) dalam sebuah kegiatan komunikasi.

a. Mengevaluasi (menghakimi orang lain).

b. Menghibur (yang malah membuat komunikasi menjadi tidak terfokus).

c. ‘Coba-coba jadi Psikolog’ atau menjuluki, mudah memberikan penilaian terhadap orang lain.

d. Memberikan pernyataan yang sarkastik atau menyindir.

e. Mengajukan pertanyaan yang berlebihan.

f. Mengatur dan ‘menuntun,’ mengarahkan perbincangan hanya ke arah yang kita

inginkan.

g. Mengancam atau memberikan tekanan berdasar kekuasaan yang dimiliki.

h. Memberikan nasihat yang tidak diminta.

i. Bersikap tersamar atau ambigu yang membuat orang lain bingung menetapkan

komunikasinya.

j. Tidak mau membagi informasi.

k. Mengalihkan (memindahkan obyek pembicaraan karena tersudut).

Dari uraian di atas maka dapat dikatakan bahwa sikap dasar dalam berkomunikasi yang penting untuk dikuasai adalah sikap empatik. Sikap empatik ini, sering disebut dengan prinsip platina (platinum principle), untuk menunjukkan nilai yang lebih tinggi dari sikap simpatik, yang sering disebut sebagai prinsip emas (golden principle). Sikap seperti inilah yang cocok diterapkan dalam komunikasi yang mengandung kesetaraan gender. Karena komunikasi seperti ini menempatkan siapapun dalam perspektif harus kita pahami dengan informasi yang cukup jika komunikasi kita ingin efektif, tidak peduli apapun atribut sosialnya, termasuk perbedaan gender. Sementara yang harus dihindari adalah sikap apatis.

Dalam menghadapi konflik, ada beberapa cara yang biasanya dipilih, yaitu: menghindar, mengalah (akomodatif), bersaing (kompetitif), berkompromi, memecahkan masalah (problem solving).



Labels : free wallpapers wall black weldingmachines